Jumat, 30 November 2012

Perjusami 14 Peleng

           Berawal dari surat yang melayang kepada kami tertanggal 1 November 2012 berkat hasil rapat Panitia Penyelenggara Perjusami Gudep SDN 14 Peleng kecamatan Jagoi Babang tanggal 18 Oktober 2012. Setelah undangan dibagikan samapilah ke tangan kami. Dengan bangganya kami mempersiapkan para penggalang untuk ikut berpartisipasi dalam Perjusami yang berlokasi di Gudep 0931/0932 Ahmad Yani/Ade Irma Nasution, Ketua panitia pada kegiatan Perjusami tersebut adalah kak Marisa,A.Ma. Pd SD dan Ka.Mabigusnya adalah Munjer,A.Ma . 

                Saya sendiri adalah kakak pembina dari Gudep 0929/0930 M.Syafiuddin/Dare Nandung yang berpangkalan di SDN 13 Sentimok dengan Ka.Mabigus Edi Slamet. Kegiatan ikut disukseskan dengan adanya para adek-adek dari DKR kwaran Jagoi Babang yang beranggotakan kurang lebih 10 orang. Dalam kegiatan yang seru dan penuh dengan lika-liku itu terselip sebuah cerita yang sangat menegangkan sepanjang kegiatan perkemahan yang saya jalani.

                  Langsung saja kayaknya pada cerita itu. Pada malam sebelum Api Unggun dilakukan, terjadilah hujan yang tak terlalu deras dan tak terlalu pelan ,,,,,,,"hehehe Lebay Ni Yeee" pada intinya semua tenda-tenda peserta perjusami basah dan tergenang air. Alhamdullilah berkat tenda kami yang "Gede Tenan" para penegak yang bermukim hohohohohoho bermukim gitu lho,,,,,, di tenda itu ngk tergenang air dan terlindung seutuhnya seperti sebuah rumah permanen yang ngk basah diterjang hujan yang menghantam hew,,,,,,,,,,, ke ingat puisi galau dalam sinetron.   

                 Pada malam itu hujan tak kunjung reda seakan tak mengizinkan untuk bertahan di tenda walaupun tenda itu masih masih kering. Saya mengambil keputusan untuk berkonsultasi dengan Kak Zack yang merupakan kakak Ka.Kwaran Jagoi Babang. Saya mengusulkan untuk minta satu ruangan untuk adek-adek yang saya bawa karena takut hujan semakin deras. Tetapi sayangnya karena peserta-peserta lain sudah menempati semua ruangan karena tenda mereka basah, kak Zack mencari solusi dan berusaha mencari tempat yang bisa kami tempati. Sebari berfkir kak Zack mengambil kebijakan untuk menggabungkan kami dengan peserta lain walaupun tempatnya kecil ya,,,,,,cukuplah untuk mereka tidur walaupun harus berdesak-desakan. 

                  Saya kembali ke tenda mengcek adek-adek karena memang waktu itu mereka harus makan. Ternyata, kedatangan saya sudah ditunggu-tunggu oleh adek-adek. Sepertinya Jiwa keperamukaan mereka sudah mulai terlihat, pasalnya mereka menyadari bahwa perut saya sudah mulai keroncongan karena sudah satu hari lebih belum juga menyentuh nasi apalagi untuk menjamahnya. Mereka menyuruh saya untuk membagikan makanan yang telah mereka masak. Sungguh luar biasa dan mengejutkan saya ternyata mereka sudah pandai memasak bahkan nasi dan lauk yang mereka masak tak jauh berbeda layaknya masakan orang-orang dewasa. Ketika mereka berebut menyodorkan piring, dengan suara yang lembut tapi tegas saya memerintahkan agar mereka mengumpulkan tempat makannya dan jika nantinya mereka makan tak perlu menghiraukan menggunakan tempat siapa mereka makan. 

                     Karena begitulah pramuka harus ada kerjasama, kebersamaan  dan saling pengertian pada mereka.  Ketika menjatah makanan untuk mereka saya sempat kebingungan karena sepertinya makanan tersebut tidak cukup apalagi untuk saya untuk mereka saja pas-pasan. Sambil berbicara dalam hati" Sepertinya malam ini harus kelaparan lagi", tetapi rasa kekecewaan itu tidak saya tampakkan karena yang penting mereka senang dan terlahir jiwa Pancasila pada mereka. Alhasil setelah membagikan jatah makanan yang pas-pasan tadi, tersisa sepotong goreng telur huf,,,,,,,,,lumayan sebagai pengganjal perut. Menceletuk seorang adek berkata" kak kakak kok ngk makan?" tanyanya. Sambil memperlihatkan senyum lebar saya berkata kakak belum lapar nanti saja makannya tapi kayaknya telurnya enak ni kakak makan ini sajaya ........ sambil bersenda dan mengunyah telur itu. Tersentak seketika disitu saya menginstuksikan pada adek-adek untuk  berdoa sebelum makan. 

                     Sambil bersenda tawa bersama adek-adek di tenda, saya menanyakan tentang kesehatan mereka. Mereka dengan girang menjawab sehat semua dan senang setelah mengikuti kegiatan tadi siang. Pertanyaan seterusnya saya ajukan, Apakah kalian mau pindah dari tenda ini soalnya yang lain sudah pada pindah. Serentak mereka menjawab "Ngk mau kak tenda kita kan masih bagus",,,,,,saya terus berusaha membujuk tetapi mereka berisi keras tidak mau pindah. Akhirnya saya berusaha menemui kak Zack untuk menyampaikan hal itu. Setibanya di teras kelas saya sempat berbincang-bincang singkat bersama kak Asong  tetapi suara adek-adek dari belakang mengagetkan kami karena mereka memanggil-manggil saya sambil berlari menemui saya.

                         Tampa Aba-aba dan Instruksi mereka dengan kompak berkata" kak,,,,,kak,,,,,,,,Tinah kak,,,,kak (menyebut nama teman mereka). Tinah kak ngak bernafas lagi ,,,,,, badannya juga lembut. Tersentak kaget dan dengan hati yang tak tentu saya langsung berlari ke tenda dan menemui Tinah salah satu diantara adik-adik yang saya bawa. Terkulai layu dengan muka lesu Tinah seperti tak mendengar dan merasa  apa yang ada disekitarnya. Taktentu hati ini entah bagaimana langsung saya memangku kepalanya sambil memeriksa nadinya. Tiba-tiba kak Asong menyusul sambil membawa air. Ia berusaha menghampiri saya dan ingin menyiramkan air tetapi saya mencoba untuk mencegahnya. 

                           Saya langsung membawa Tinah ke kelas yang dijadikan sebagi mushola tempat solat dan kebetulan karena pada saat itu ditempati oleh anggota DKR karena tenda mereka basah. Ketika tiba dimushola saya membaringkan tinah menyusul Kak Asong yang dari tadi membuntuti saya. Dengan mantra yang entah berantah saya pun ngk bisa dengar dengan jelas sambil meneguk air dan menyemburkannya kepada Tinah. Tetapi kata-kata yang tak mau saya harapkan keluar dari mulutnya ia berkata," ndak ade harapan agek tok, udah dak benafas agek tok be,,,,,,,badannye pun lancap" kata kak Asong. Tetapi saya tidak menghiraukan itu saya langsung mengambil air dari botol plastik bermerek Nestle sambil membaca Bismillahirrohmannirrohim dan membaca selawat sebanyak tujuh kali persis seperti yang diajarkan sesepuh kami. Tak diduga begitu air membasahi mukanya matanya terbuka dan hati ini mulai tenang. Rasa gembira yang tak tergambarkan dihati ini melebihi rasa menyambut anak yang pertama""hehehehe lebay dikit"".
       
                           
                         Berangsur-angsur pulih kesehatan yang dialami oleh Tn, ketika menunggu Tn sadar sepenuhnya saya sempat ngobrol singkat bersama salah satu anggota DKR yang juga mengharap kesembuhan Tn hinggalah hujan reda dan kegiatan api unggun dilakukan. by Agus Elpin.

ke ...............................................................Fotos
ke ..............................................................Vidios

http://www.flickr.com/photos/90813086@N08/8243373996/